Koguryo baru lepas dari musim dingin yang keras dan memasuki tahun ke 19 masa kekuasaan Yuri. Suku Nomaden mengalami penderitaan yang sangat berat karena musim dingin tersebut dibandingkan dengan kerajaan yang ada. Daratan yang biasa ditempati oleh suku ini telah di rusak dan ditutupi salju, tidak menyisakan sedikitpun sesuatu yang dapat dimakan. Pangeran M'hul telah bertemu dengan kedua pemimpin suku, suku KaKhan dan Sonhi untuk mengetahui bagaimana Koguryo dapat menolong mereka untuk memenuhi kebutuhannya.

Reputasi Khan diluar yang diduga oleh Koguryo. Mereka terkenal sombong, cepat marah dan memiliki kemampuan sihir dan serangan fisik. Mengindahkan negosiasi diplomatik yang diberikan pangeran, pemimpin dari Khan mendeklarasikan penguasaan atas Koguryo, mengancam untuk mengambil alih tahta jika tuntutannya tidak dikabulkan.

Kerajaan Koguryo mengumpulkan senjata, bahan makanan, dan uang yang tidak terhitung untuk KaKhan dan para pengikutnya, tapi semuanya belum cukup. Segala hinaan terlontar kepada kerajaan dan rakyatnya, dan seperti yang telah dijanjikan, Suku Khan mengirim lebih dulu pasukan pengintai sesaat sebelum penyerangan utama.

Tenda-tenda disusun di 3 lembah dekat Ngarai, Suku Nomaden Khan terbukti merupakan kekuatan yang brutal. Penombak, Pendekar, Penyihir, Chongun dan bahkan pengkhianat Koguryo juga ikut andil dalam persiapan penyerangan ke kerajaan. Kejutan yang banyak mengambil nyawa adalah seekor ular raksasa, Sang Guntur Musim Gugur, yang membunuh banyak orang dalam pertempuran yang berdarah.

KaKhan, nampaknya sulit untuk membuktikan kekuasaannya. Ia tidak memiliki kekuatan untuk mewujudkan impiannya menjadikan Lembah Koguryo menjadi Lembah KaKhan. Melalui kerja tim Pejuang hebat dan Penyembuh kerajaan yang gigih, Suku Khan dapat dikalahkan. Ketamakan mereka dan kesombongannya membawa mereka menuju kehancuran.