Ketegangan antara Buya dan Koguryo berlanjut terus setelah peristiwa penculikan Lasahn dan lambat laun makin naik hingga titik tertentu dimana diperlukan pembicaraan diplomatik. Saksi mata menyebutkan bahwa ketika perayaan ulang tahun pangeran di Istana Buya, Pangeran M'hul menghujat atas nama kerajaan tentang Lasahn dan rakyatnya. M'hul bersikeras bahwa hal itu tidak pernah terjadi. Dalam usaha terakhir untuk negosiasi damai antara kedua kerajaan, para keluarga kerajaan bertemu di Tribunal Hall di Istana Kugnae didampingi oleh perwakilan dari tiap pasukan. Pembicaraan berubah menjadi perdebatan ketika Lasahn menginginkan permintaan ma'af karena menghina, M'hul menyangkal, tanpa memperdulikan saksi mata yang mengatakan sebaliknya dan peperangan pun terjadi.

Penjaga perdamaian gagal dalam usahanya mencegah timbulnya sebuah konflik. Masing-masing kubu melakukan pertempuran awak kecil didalam hutan dan jalan menuju dua kerajaan Nexia sekarang menjadi berbahaya.

Sementara waktu, celah aneh telah muncul pada tanah ditengah-tengah Hutan belantara. Legenda batu amber Kekuatan Api telah ditemukan dan setelah diteliti para ahli bumi ada kaitannya antara 2 barang temuan ini. Tanpa memperdulikan kekuatannya untuk membangkitkan yang mati, jika dengan Batu amber Api yang cukup, dikatakan dapat memusnahkan seluruh populasi dalam sekali serangan.

Beberapa hari sebelum peperangan, seorang biksu dari daratan lain yang bernama InSu berkelana hingga ke Kerajaan. Ia menceritakan perjalanannya dan berbicara dengan orang pemilik naskah yang dikumpulkannya sepanjang jalan. Beberapa dari naskah masih membutuhkan terjemahan, tapi ia tidak menemukan orang yang dapat melakukannya. Untuk menghindari pembicaraan politik dan perang, InSu menerima tawaran Tetua Biksu, Greta, untuk beristirahat didalam Lingkaran.

Peperangan telah pecah. Ribuan orang terluka parah atau terbunuh hanya karena Buya dan Koguryo berselisih tentang masalah yang sepele harga diri. Batu amber Api diciptakan dan berharap dapat membumihanguskan kerajaan musuh. Tetapi entah dari mana datangnya, sebuah suara tua yang tidak pernah terdengar lagi selama beberapa musim, menggema keseluruh hutan belantara. KaMing telah kembali.

Ia tertawa terbahak-bahak kepada penduduk kerajaan, berterima kasih kepada mereka karena telah mempermudah rencananya untuk membunuh semua rakyat. Karena dikira KaMing sedang sakit, ia mengaku memiliki banyak waktu untuk merencanakan pembalasannya kepada penduduk kota. Beberapa saksi mata di hutan belantara melihatnya mengenakan potongan dari Tongkat hitam, sama seperti yang dibawa oleh Tetua Penyihir. Ia memanggil "peliharaannya" dan melepaskan beberapa Pembunuh Kejam Zibong untuk sisa rakyat yang masih hidup.

Sang Biksu, InSu, sedang mempersiapkan untuk meneruskan perjalanannya ketika ia menyaksikan kembalinya pemimpin Sonhi. Dia mengaku bahwa ia mengetahui penyebab tejadinya peperangan dan mengajak kedua pemimpin kerajaan untuk berkumpul dan berbicara dengannya. InSu telah menyimpulkan bahwa walau Lasahn memang mendengar penghinaan yang kejam kepada dirinya dan rakyatnya, adalah Zibong yang menyerupai bentuk Pangeran M'hul yang menipu dirinya, yang memicu peperangan yang tidak ada artinya. Putri Lasahn dan Pangeran M'hul setuju untuk membuat suatu perjanjian baru dengan kewaspadaan tinggi.

InSu, puas dengan situasi saat itu antara 2 kerajaan, memberkati mereka dan melanjutkan pengembaraannya untuk mencari seseorang yang dapat menerjemahkan gulungan-gulungan naskahnya. KaMing dan Zibong yang pernah ditakuti telah hilang lagi, meninggalkan klan Sonhi yang tinggal di perkemahan takut akan tingkah laku aneh pemimpin mereka dan mengkhawatirkan apa yang akan terjadi lagi. Banyak rakyat sangat lega dengan adanya perdamaian antara 2 kerajaan dan menyambut gembira kebebasan mereka yang telah kembali.